Headlines News :
Home » » RSS (diikutkan dalam Lomba Cerpen Majalah KUNTUM)

RSS (diikutkan dalam Lomba Cerpen Majalah KUNTUM)

Written By Unknown on Tuesday, December 18, 2012 | 10:26 PM



Naya Latief

RSS (diikutkan dalam Lomba Cerpen Majalah KUNTUM)

oleh Naya Latief pada 17 Desember 2012 pukul 6:07 ·

Klik Link ke Naya Latief untuk like! 

RUMAH, SEPOTONG SENJA

Gadis kecil itu bernama Dea. Bermain dengan hujan bersama tawa yang seolah ingin mengajakku untuk ikut bermain bersamanya. Aku penasaran, seperti apa rasanya bersendawa dengan air langit.

“Ayo, Kak! Sini….”

Dea tiba-tiba menarik lenganku, akupun yang sedang berteduh di bawah pepohonan merasa terbawa, terperanjat dan tak bisa menolaknya. Kurasakan tetesan air hujan mulai menitik di ribuan helai rambut, pundak dan mengguyur sekujur tubuhku secara lepas landas.

“Dea, ngapain kita hujan-hujanan? Nanti bisa sakit,” teriakku mulai menggigil, tapi gadis itu sepertinya tak memperhatikanku, ia terus bermain dengan hujan.

“Dea! Ayo kita berteduh,” kembali aku berteriak, dan kali ini gadis kecil itu menolehku.

“Jangan.” jawabnya.

“Kenapa?” tanyaku heran.

“Kita nikmati dulu hujan ini, Kak” ujarnya menunjukkan kedua telapak tangannya yang sudah tak kering lagi.

“Dea, kamu bisa sakit.” tarikku pada kedua tangannya, namun ia justru menangkisnya secara perlahan.

“Tapi mereka temanku, kawanku, juga sahabatku.” katanya memungkuriku.

“Maksud kamu apa?” aku tak paham.

“Mereka adalah bagian dari hidupku, Kak. Mereka menghiburku.,” jelasnya.

“Sebelum aku bertemu dengan kakak, mereka yang selalu menemani pagiku, siangku, juga malamku, merekalah yang membuat kesunyianku jadi ramai, hujan membawaku untuk bercerita tentang kehidupan ini.” Dea terus bermain dengan hujan, tak peduli sudah berapa kali aku menggetarkan gigiku karena kedinginan. Dea meminum air hujan dari tangannya.

“Tahukah engkau Kakakku yang manis? Sebelum aku bertemu Kakak, aku tidak punya siapa-siapa, aku hanya berteman dengan mentari, rembulan, bintang-bintang, dan hujan ini, mereka adalah rumahku, Kak, ya…, mereka rumahku.”

“Rumah tak beratap, tak berpondasi, tak berbentuk. Apa layak disebut rumah, Dea?” kataku menolak pemikirannya.

“Dea, bukalah matamu…, Rumah itu pelindung dari panasnya sengat matahari di saat siang, menjadi payung bagi kita di saat hujan, dan peneduh untuk istirahat malam. Paling tidak ada empat penyangga untuk menahan atapnya,” Tambahku.

“Kakak salah, sungguh! Kakak yang seharusnya membuka mata. Ini adalah rumahku. Rumah, sepotong senja,”

“Rumah sepotong senja?” Aku kembali tak paham dengan ucapannya.

“Aku menemukannya di kala senja, sadarkah Kakak? Waktu senja ini, hujan tiba-tiba turun, aku hanya seorang gadis jalanan, jalanan adalah rumahku. Rumah yang hanya berlantai tanah, terkadang sangat kering sampai mengelupas dan membentuk daun mangkuk, tak lamapun akan basah di kala musim hujan sudah merindukan jalanan ini. Bahkan, andai Kakak tahu, aku tak pernah melihat seperti apa sosok seorang wanita yang telah melahirkanku, pria yang pernah menjadi suami ibuku, sejak kecil aku sudah hidup di jalanan. Dan mungkin kehidupan kakak yang mewah itu membuat kakak belum mengerti tentang kehidupan ini, buktinya kakak pergi dari rumah kan?”

Aku kembali terdiam, wajahnya tenang saat berceloteh, bibirnya basah berwarna kehitaman, mungkin karena ia tinggal di jalanan.

Hujan membuat kami semakin kedinginan, sesaat kemudian Dea segera mengajakku berteduh ketika melihat tubuhku hendak rubuh. Aku menghentikan langkah, memandang wajah kecil Dea, dengan gemetar tanganku mengelus kedua pipinya yang tirus.

“Dea, maukah kau ikut dengan kakak?” tawarku.

“Ke mana?” tanyanya.

“Ke rumah Kakak, kamu akan tahu bagaimana rasanya punya keluarga.”

Tiba-tiba Dea mengibaskan kedua tanganku, ia berbalik arah, segera berteduh menuju bawah pepohonan tanpa mengajakku. Ia menggelengkan kepalanya. Rupanya ia menolak tawaranku.

“Kenapa? Kamu akan punya rumah yang penuh dengan cinta, kasih sayang, juga kebahagiaan, seperti rumah Kakak.”

“Tapi tidak untuk rumah sepotong senja, Kak’...” tegasnya menarik tubuhnya dan memaksanya untuk menatap ke arahku.

 “Apa kamu akan baik-baik saja tanpa aku, Dea?” tanyaku ragu jika harus meninggalkannya.

“Sebelum ada Kakak di sini aku selalu baik-baik saja. Memang, bersama Kakak aku merasa senang dan bahagia, bahkan aku ingin jika Dea dan Kak Lia bisa menjadi kakak-adik sungguhan, selamanya…. Tapi….”

“Bukankah kita memang seperti itu, Dea?” kataku memotong. Dea tersenyum sembari mengusap kedua pipinya yang sedikit bercucuran air mata, rambutnya yang berantakan terlihat sangat basah.

“Tapi, aku punya rumah sendiri, begitu juga dengan Kakak.” Tegas Dea.

Kami berdua sama-sama diam, mata Dea sedikit memerah, tubuhnya yang kecil nampak rapuh.

“Hey…, kita sangat basah, kau kedinginan?” kataku.

Dea mengangguk, kuperhatikan giginya nampak gemetar.

Hujan yang deras mulai sedikit reda, meninggalkan bekas air keruh berwarna kecoklatan, di sudut beberapa bangunan yang berdiri kokoh muncul sebuah lekungan busur berwarna-warni, kian lama warnanya makin kuat, Dea berteriak padaku, ia berkata bahwa itu adalah pelangi. Dan katanya lagi, ia senang bisa melihat pelangi bersamaku, di sini, di rumah sepotong senja.



___________________TAMAT_____________



Tentang Penulis
Naya Latief, lahir di Kudus, Jawa Tengah. Beberapa karyanya pernah dibukukan dalam bentuk antologi bersama teman-temannya. 
Penulis Bisa dihubungi melalui alamat email  
Naya_Latief@ymail.com
Facebook Naya Latief
twitter @naya_latief  
atau bisa melalui CP.  085741591358.

Alamat lengkap : Desa Undaan Kidul Gang.04 RT.09 RW.01 Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, 59372. (tolong yang ngefans sama saya alamat ini jangan dilacak ya, :P)

http://islamlib.com/id/artikel/run-away-world

Info Lomba

Majalah remaja KUNTUM mengundang segenap pencinta dunia fiksi untuk ikut dalam kompetisi yang menantang ini. Adapun ketentuan perlombaan sebagai berikut :
  1. Terbuka untuk umum (pelajar, mahasiswa, umum, baik dalam maupun luar negeri). 1 peserta hanya boleh mengirimkan 1 karya.
  2. Tema cerpen bebas, pastinya yang mengajak pada kebaikan dengan panjang naskah maksimal 800 kata.Boleh lebih asal tidak berlebihan
  3. Naskah bersifat orisinil, belum pernah dipublikasikan di media manapun (cetak maupun online), juga tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain. 
  4. Setiap peserta wajib me LIKE fanspage Majalah Kuntum (http://www.facebook.com/pages/Majalah-Kuntum/257514610979311?ref=hl) dan FOLLOW twitter Majalah Kuntum (https://twitter.com/MajalahKuntum), serta berteman dengan PJ Lomba Triana Chandraningrum (http://www.facebook.com/triana.candraningrum?fref=ts)
  5. Setiap peserta wajib memposting informasi lomba ini melalui note di akun FB pribadi masing-masing dan  juga naskah cerpennya dengan mencantumkan salah satu foto Cover Majalah Kuntum (http://www.facebook.com/media/set/?set=a.435171839880253.108918.257514610979311&type=3) edisi  mana saja serta mentag note tersebut sebanyak-banyaknya teman (termasuk PJ Lomba )
  6. Di bawah naskah cerpen dilengkapi dengan nama lengkap, alamat lengkap dan nomor kontak yang bisa dihubungi.
  7. Naskah yang ditulis di note FB peserta dikirim juga backupannya/softcopy melalui email majalah_kuntum@yahoo.com dengan subject “LOMBA CERPEN 2012″ paling lambat tanggal 20 Desember 2012 
  8. Panitia berhak mendiskualifikasi naskah yang tidak sesuai dengan ketentuan
  9. Ketentuan Dewan Juri Tidak dapat diganggu gugat.
  10. Naskah yang sudah diterima menjadi hak Majalah Kuntum
  11. Juara 1, 2, 3 dan naskah terbaik dipilih berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan, sementara pemenang favorit dipilih berdasar jumlah ‘like’ terbanyak.
  12. Hadiah sebagai berikut:
    Juara 1: Rp. 300 ribu + Piagam Penghargaan + Paket Berlangganan Majalah KUNTUM    selama 1 tahun
    Juara 2: Rp. 200 ribu + Piagam Penghargaan + Paket Berlangganan Majalah KUNTUM    selama 6 bulan
    Juara 3: Rp. 100 ribu + Piagam Penghargaan + Paket Berlangganan Majalah KUNTUM    selama 3 bulan
    1 Cerpen terfavorit : Rp. 50 ribu + Piagam Penghargaan + Paket Berlangganan            Majalah     KUNTUM selama 3 bulan
    10 naskah terbaik akan diterbitkan di Majalah KUNTUM (dengan mendapat reward yang  semestinya) 
    25 naskah terbaik akan diterbitkan menjadi sebuah buku antologi cerpen.
    Seluruh peserta akan mendapatkan piagam penghargaan online.
Polling LIKE Ditutup tanggal 31 Desember 2012 pukul 00.00 WIB

***
 label/INFO LOMBA

Pesan  NOVEL-SEPERTI-AKU, bisa ke in box maria ana. atau langsung ke penerbit www.leutikaprio.com
Temukan halaman di face books: Mariana.
Gabung belajar bersama: groups/hobibacanulisgambar.HBNG/
hobibacanulisgambar.wordpress.com/
 info Amazon.com. Klik, Shop Amazon Computers – New Laptops for 2012

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Bismillahirahmanirahim

Powered by Blogger.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hobi Baca Nulis Gambar - All Rights Reserved