Diceritakan: Bayu
Asmara
SEBUAH MOBIL BOX berhenti tepat di depan rumah pedagang aneka burung,
sebelah rumah. Disana tersedia juga aksesoris dan makanan-makanannya. Ramai
pengunjung dengan segala kepentingan yang berkaitan dengan masalah burung. Pia sebagai
tetangga bersebelahan sekali-kali berkunjung bersilaturahmi untuk menyambut
kehadiran mereka sebagai tetangga baru. Bercerita ngalor ngidul. Mereka adalah
suami istri di karunia anak satu masih balita. Orangnya ramah dan baik hati.. Menyenangkan.
Dan dua pemuda keluar dari pintu depan mobil menuju belakang untuk membuka
pintu box. Satu pemuda mengeluarkan beberapa kandang berisi anak-anak ayam. Kemudian
di antar ke pedagang aneka burung itu. Pia melihat kali ini anak-anak ayam
tidak bayi. Agak gede. Ayam negeri dengan warna bulu putih-putih. Lalu salah seorang
dari mereka menghampiri dan menyodorkan tangan mengajak bersalaman, seraya
katanya; “aku teman sekolah dulu waktu di SD …”
Pia kaget balik tanya;
“oh ya?”
Walau kaget dan ragu disambut
tangannya untuk bersalaman.
Pikir Pia, tak ada salahnya kan? Menyambut
keramahannya.
“Ya! Mungkin lupa! Aku
sering main ke rumah ini …,” jelas pemuda itu.
“Main ke rumahku?”
Tanya Pia tambah kaget.
“Ya! Mba kan namanya
Pia? Aku tidak pernah lupa itu.”
“Oh iya betul! Betul
sekali!”
Pia tidak mau di sebut
pelupa, di anggap tidak ingat teman SD atau mengganggap dia itu sedang
pura-pura kenal. Dia berusaha mencari sosok seorang teman lelaki semasa SD dan sekian
puluh tahun kurang lebih sepuluh tahun tidak pernah bertemu. Rasanya tidak
menemukan wajahnya? Sudah banyak berubah.
Ya
iyalah mana ingat teman SD satu persatu. Yang mana? Siapa namanya?
Sekarang dia berdiri
seorang lelaki tinggi langsing atletis senyum-senyum. Wajahnya manis walau kulitnya
hitam. Nampak dia pemuda baik-baik. Santun.
“Sudah lama tidak
bertemu …, pantas lupa juga.” Katanya tersipu. Namaku Ardi …”
Pikir Pia, Ardi?Dicari wajah-wajah SD satu persatu tak di temukan. Apa mesti
kuceritakan bahwa teman-teman SD sudah tidak ingat lagi?
“Hehehe …,” sambut Pia hanya
berhehehe mengiyakan dalam hati.
“Sekarang aku kerja jadi
sopir pengantar ayam …,” jelas Ardi.
“Bagus sudah bekerja …,
rajin juga.” Puji Pia.
“Bekerja apa saja biar
bisa punya penghasilan …”
“Betul! Masa iya udah
gede masih di suapin mama …”
“Iya mba …, malah udah
gede bisa membantu mama.”
Hati Pia senang. Wah! Teman SD panggilnya jadi mba?Eh dia
anak soleh. Dia tidak manja lagi. Dengarnya menyenangkan jika seorang anak
lelaki bisa membantu nafkah orang tuanya. Bisa menempatkan diri. Bisa menata
diri. Luar biasa. Dia berpikir dewasa.
“Maaf mba sebentar …,”
katanya sambil menuju ke pintu mobil box. Tak lama kemudian kembali menghampiri
dengan menggenggam seekor anak ayam. Dan di sodorkan kepada Pia katanya, “ini
untuk mba!”
“Untuk aku?” Tanya Pia semakin kaget. Mata Pia terbelalak. Tidak terpikir Ardi akan memberikan anak ayam itu. Benar-benar
kejutan! Kata Pia tenang, “akh! Ngak usyah!”
“Ngak apa-apa mba! Ayo
terima aja!”
“Aduh gimana ya? Kok
jadi begini, merepotkan!”
Hati
Pia terharu. Ragu, kaget menyatu untuk tidak menerima pemberiannya.
“Ayolah terima mba...,”
kata Ardi memaksa.
“Enggak usyah! Tolak
Pia.
Anak ayam di jejalkan
ke tangan Pia katanya, “terimalah dan sekalian pamit ...”
Anak ayam berpindah
tangan ke tangan Pia. Lalu Ardi menyodorkan tangan untuk bersalaman.
“Oh yayaya …”
“Masih banyak antaran
ayamnya ke tempat lain mba …”
“Oh yayaya …, terima
kasih ayamnya …”
Pia dan Ardi
bersalaman. Ardi kembali ke dalam mobil box dan menjalankan mobilnya melaju
lalu menghilang di tikungan.
Sepeninggal
Ardi. Pikir Pia, kejadiannya begitu cepat. Tiba-tiba. Ardi mengaku teman SD? Bahkan dia sering bermain
ke rumah? Sungguh tidak ingat lagi! Akh benar-benar tidak ingat. Dia kerja supir. Berbahagialah orang tua terutama
ibuya memiliki anak soleh. Terima kasih ya Allah telah mengirim seseorang yang mengaku
teman SD dan sering bermain ke rumah lalu memberiku anak ayam negeri ini..
Semoga kebaikannya di beri kelimpahan lebih dari yang dia berikannya. Sekarang
ada anak ayam? Mesti di apakan ya? Aku tidak tega harus di sembelih apalagi
masih anak-anak. Lagian dari dulu sering piara ayam nyaris tidak pernah
menyembelih ayam piaraan sendiri. Oh iya ada kandang bekas burung nampaknya
cukup tempat tinggal sementara. Jika nanti sudah gede kan di buatkan kandang
ayamnya. Jika dia hidup sendirian kasihan tidak ada teman maka akan di belikan
satu lagi biar ada teman untuk tatitu naninu dan blab la bla.
Hati Pia gembira.
***
DUA SAHABAT kemanapun
pergi selalu berdua. Aktivitas setiap pagi setelah makan keluyuran keliling
entah kemana mainnya. Kadang khawatir tidak bisa pulang alias tersesat atau ada
yang ngambil. Namun percaya mereka itu cerdas karena selalu pulang setiap makan
siang dan pergi bermain kembali sampai sore baru nginap di rumah baru. Kandang
di buatkan untuk tempat tinggal mereka, menyuruh tukang kerja kayu berpengalaman.
Lebih dari cukup untuk dua anak ayam. Besoknyapun dan seterusnya selalu
demikian aktivitasnya. Pia senang melihat keakraban mereka. Senasib sepenanggungan.
Yang satu gemuk dan satu langsing. Mereka telah dewasa. Tentu di kasih nama
gemuk namanya geli (gemuk dan lincah) dan satunya diberi nama Late (lansing dan
tenang).
Pia penasaran ingin
tahu kemana saja tempat bermain maka diam-diam berjalan menguntitnya. Ternyata
mereka bermain di halaman rumah orang di kenalnya. Masih tetangga satu RW namun
beda RT. Letaknya cukup jauh juga.
Mereka pernah tidak
pulang namun besoknya kembali pulang.
Pikir Pia, Mereka telah
dewasa, lucu dan menyenangkan.
Kali ini di ruang tamu
rumah Pia kedatangan sahabat-sahabat kuliah. Kumpul ngobrol ngalor ngidul
menghangatkan suasana. Pia melirik ke balik jendela kaca rumah. Melihat Gelid
an late masuk ke halaman rumah dan berhenti di titian masuk ke teras rumah.
Pia
pikir, mereka datang saat makan siang. Dan aku akan beritahukan keunikan,
kelucuan dua ayam negeri peliharaan kepada sahabat-sahabatku.
“Sini semua …,” ajak Pia kepada Nani, Nana dan
Nunu. Mereka mendekati jendela kaca riben yang dari luar tidak bisa melihat ke
dalam tapi dari dalam bisa melihat jelas ke luar.
“Ada apa sih?” Tanya
Nani, Nana dan Nunu nyaris serempak. Heran dan bingung.
“Pokoknya lihat saja
…,” jelas Pia.
“Akh ngak ada apa-apa
kok? Hanya dua ekor ayam negeri! Lalu apa mesti di lihat?”
“Kalian tidak tau
uniknya ke dua ayamku …”
Nani, Nana dan Nunu
penasaran ingin tahu. Nonton di balik jendela kaca.
“Perhatikan, apa yang
mereka lakukan di depan jendela kaca rumah ini,” kata Pia.
Satu persatu ayam naik
ke tangga masuk ke teras mendekati jendela kaca itu. Laten berdiri di teras
menunggu. Geli melangkah lebih dulu bak peragawati berjalan di cat work lalu
berhenti melihat jendela kaca menatap bayangan dirinya. Larak lirik. Badannya
nan gemuk bahenol bergoyang-goyang. Mengipas-ngipas ekornya. Lalu berjalan satu
dua langkah. Setelah itu dia meluruskan badannya dan apa yang terjadi? Geli
kemudian meninggalkan tempat bergaya tadi. Kemudian di susul Laten melakukan
hal sama seperti dilakukan Geli. Apa yang terjadi?
Para penonton serempak sontak
tertawa berbahak-bahak melihat gerak gerik mereka, Saking enaknya tertawa,
terpingkal-pingkal mencucurkan air mata dan menahan geli sakit perut. Penonton
terkagum-kagum melihat atraksi sesaat.
“Luar biasa! Gayanya
mengeluarkan oo-nya segitunya? Pantatnya di tarik kebelakang dan CROT! Bentuk
gede dan memanjang!”
“Hasil karyanya gede
memanjang!”
“Ha ha ha ha ha ha.”
“Gak gak gak gak gak
gak.”
“Wak wak wak wak wak
wak.”
“Hak hak hak hak hak
hak.”
Selain mengajak
teman-temannya untuk melihat kelucuan dan keunikkan ayam negeri, Pia tak lupa
menceritakan cara memiliki ayam negri itu.
***
Semoga bermanfaat dan
menginspirasi untuk membiasakan mencatat kejadian yang penuh kesan dan pesan.
Masih banyak kesan
cerita ayam negeri piaraan selain merelakan tubuhnya untuk jadi santapan
manusia, sisi lain memberi kebahagiaan tersendiri. Bisa menghibur.
***
Cerpen banyaknya :
1.200 kata
Size:
12
New Roman
Page: 5 lembar
Artikel cerpen dan lainnya:
http://futicha-turisqoh.blogspot.com/2011/04/peserta-leutika-in-your-blog.html
https://twitter.com/ku_asmara
http://futicha-turisqoh.blogspot.com/2011/04/peserta-leutika-in-your-blog.html
https://twitter.com/ku_asmara